Home Sejarah
Sejarah

Gedung Kong Tik Soe merupakan rumah ibadat untuk memberikan penghormatan kepada  para leluhur, berdiri pada penghujung tahun 1845, diprakarsai oleh  Luitenant Khouw Giok Soen, Luitenant Tan Hong Yan dan Majoor Be Ing Tjioe.

Terletak di Gang Lombok No. 60 Semarang, berdiri diatas lahan ± 2.176 m2, gedung ini terbagi menjadi tiga ruangan. Disebelah barat, dahulu merupakan kantor Kong Koan, kini dipergunakan untuk Balai Pengobatan Yayasan Tjie Lam Tjay. Ruang tengah tetap berfungsi sebagai altar penghormatan kepada leluhur, ruang disebelah timur difungsikan untuk kantor sekretariat Yayasan Kong Tik Soe, Yayasan Tjie Lam Tjay dan Yayasan Khong Kauw Hwee.

 

 

Sejak 1935, di gedung Kong Tik Soe inilah Paguyuban Khong Kauw Hwee memulai kegiatannya, kemudian tanggal 01 Januari 1950 digunakan untuk Koersoes Pemberantasan Boeta Hoeroef yang merupakan cikal bakal  TK - SD Kuncup Melati .

Gedung Kong Tik Soe adalah simbol kebajikan dan sekaligus sebagai saksi bagi kemajuan pendidikan di kota Semarang. Di gedung ini ribuan pelajar pernah bersekolah  dengan  gratis,  tanpa dipunggut biaya apapun.

catatan dari sudut meja tua  . . .

1935, PAGUYUBAN

Khong Kauw Hwee Semarang berdiri pada hari Selasa Legi, 24 September 1935 atau Pee Gwee, 27 – 2486, jam 09.00 bertempat di gedung Tiong Hoa Hwee Kwan jalan Plampitan No. 35 Semarang. Diprakarsai oleh Bapak Liem Khiem Siang dan Bapak Souw Tiang Ing. “Kedoea toean ini, karena melihat orang poenja Too-Tik (priboedi kebedjikan, moraliteit) mingkin lama mingkin merosot, laloe berpendapat bahwa boeat toeloeng ini keadaan jang menjedihken, melainkan terboeka satoe djalan sadja, jaitoe siarken pladjaran jang baik”.

Untuk pertama kalinya diangkat sebagai Ketua Paguyuban Khong Kauw Hwee adalah Bapak Liem Mo Lien dan sebagai wakil ketua adalah Bapak Ong Kiem Tjo. Kegiatan yang diadakan adalah lezing (ceramah) ajaran Guru Besar Kong Hu Cu, dipimpin oleh Bapak Liem Khiem Siang, setiap ce-it dan cap-go di gedung Kong Tik Soe.
Setelah lebih dari lima tahun membimbing Paguyuban, pada tanggal 08 Maret 1941 Bapak Liem Khiem Siang wafat, kemudian atas prakarsa Bapak Tan Ngo Siang, tanggal 11 April 1941 dilaksanakan reorganisasi paguyuban untuk menyusun kepengurusan baru dan menetapkan Bapak Oei Tiong Djioe sebagai Ketua Pengurus Paguyuban menggantikan Bapak Liem Mo Lien yang mengundurkan diri. Begitu pula dengan pemimpin ceramah dilanjutkan oleh Bapak Lie Ping Lien yang memiliki pengetahuan luas tentang ajaran Kong Hu Cu.
Tidak lama berselang setelah reorganisasi paguyuban, pada tahun 1942 pasukan Jepang menyerang dan menjajah Indonesia, tidak terkecuali kota Semarang bahkan Khong Kauw Hwee sebagai Paguyuban Kebatinan ikut terkena dampaknya, mengalami tekanan hingga pada puncaknya dibubarkan.
Setelah penjajahan Jepang berakhir dan Indonesia telah merdeka, Paguyuban Khong Kauw Hwee belum terlihat memulai kegiatannya kembali, namun mendadak pada tanggal 18 Agustus 1946, Bapak Liem Siauw Tjong selaku Pengurus Ta Chung Sze, mengundang Bapak Lie Ping Lien untuk menjadi pembicara ceramah tentang ajaran Guru Besar Kong Hu Cu. Selesai mendengarkan ceramah, salah seorang peserta yaitu Bapak The Sien Tjo mengemukakan pendapatnya agar ceramah Kong Hu Cu diadakan dengan rutin, hal ini telah mendapat dukungan dari para hadirin dan disetujui oleh Mr. Ko Kwat Tiong.

 

Kemudian sebagai realisasi atas kegiatan ini dibentuklah Kung Chiao Yen Chiu Hui (Khong Kauw Gian Kioe Hwee). Untuk selanjutnya ceramah Kong Hu Cu berlangsung di gedung Ta Chung Sze dan diadakan rutin setiap minggu pertama dan ketiga. Semakin banyak peminat yang mengikuti ceramah ini, hingga minggu kedua dan keempat juga digunakan untuk pendalaman inti sari ajaran Kong Hu Cu.

 



1947, PERKUMPULAN

Tanggal 09 Nopember 1947, untuk mendirikan kembali Khong Kauw Hwee dibentuklah Komite Persiapan dan menetapkan susunan pengurus :

Anggauta Berdjasa : Ong Kiem Tjo.
Penasehat : The Sien Tjo.
Mr. Ko Kwat Tiong.
Pemimpin Umum : Lie Ping Lien.
Ketua : Ong Yong Wie.
Ketua Muda : Be Sik Tjong.
Penulis I : Tan Ngo Siang.
Penulis II : Tjoa Tjiauw Liem.
Bendahara I : Ong Kiem Sing.
Bendahara II : Lie Ing Liem.
Pembantu : Njo Liem Hoo.
Khoe Tjee Tjwan.
Liem Gwan Bie.
Tjoa Tjoen Djhiang.
Liem Kwie Hong.
Kwik Toen Kie.



Pertengahan Juli 1948, Ta Chung Sze menggelar Event Fancy Fair untuk membantu masyarakat miskin di daerah pedalaman. Oleh karena semua ruangan digunakan untuk event ini maka kegiatan Perkumpulan Khong Kauw Hwee dipindahkan kembali ke gedung Kong Tik Soe dan setiap tanggal imlek ce-jie dan cap-lak diadakan diskusi tentang ajaran Kong Hu Cu.

1949, SAPU  BERSIH  BUTA  HURUF

Sekalipun Indonesia telah merdeka tetapi situasi dan kondisi negara belum kondusif akibat dari peperangan yang masih sering terjadi, banyak pengungsi berdatangan di kota Semarang. Perekonomian sangat terpuruk, lembaga pendidikan langka dan sangat mahal. Maka tidaklah mengherankan jika sering dijumpai anak-anak yang tidak bersekolah, hanya bermain sepanjang hari, selalu berkeliaran dan tentunya buta huruf. Semua kejadian itu tidak terlepas dari pengamatan Bapak Lie Ping Lien. Memahami latar belakang anak-anak tersebut tercetuslah ide sederhana untuk sekedar memberikan pendidikan membaca, menulis dan berhitung. Gagasan itu mendapat dukungan Bapak Ong Yong Wie, Bapak Tan Ngo Siang dan Bapak Be Sik Tjong, selanjutnya dimulailah rencana mendirikan lembaga pendidikan.

Bertepatan dengan peringatan Tjising Khong Tjoe ke 2500 yang dirayakan di gedung Kong Tik Soe pada hari Sabtu, 27 Agustus 1949 atau Imlek Lun Jit Gwee, 4 - 2500, Perkumpulan Khong Kauw Hwee Semarang mulai berupaya menggalang dana bagi pembentukan kursus pemberantasan buta huruf, dengan menerbitkan buku “Peringetan Tjising Khong Tjoe 2500” sebanyak 3000 buku. Keuntungan dari pemasangan iklan sebesar Rp. 800,- dan ditambah sumbangan uang tunai dari Bapak Be Sik Tjong sebesar Rp. 1.000,- digunakan untuk pembuatan meja dan kursi dari kayu suren yang murah harganya.
Tepat, pada hari Minggu Wage, tanggal 01 Januari 1950 dimulailah pendidikan  “KOERSOES PEMBERANTASAN BOETA HOEROEF KHONG KAUW HWEE SEMARANG” ( sau tjhuk wen mang siek siao yang artinya sapu bersih buta huruf ) dan bertempat di gedung Yayasan Kong Tik Soe, Gang Lombok No. 60 Semarang.  Untuk pertama kalinya diikuti oleh 60 peserta didik yang sebagian besar merupakan anak – anak para pengungsi.

Materi pelajaran adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Mandarin, berhitung dan terutama pendidikan budi pekerti sebagai pilar pendidikan kursus. Pada waktu itu pelajaran yang diberikan ‘asalkan’ bisa membaca, menulis dan berhitung. Pendidikan hanya diberikan selama setahun, setelah itu diganti peserta baru

Pendidikan diselengarakan tanpa memungut biaya apapun dari orang tua murid dan dikhususkan untuk pelajar dari keluarga tidak mampu secara materi. Saat itu, sekalipun kehidupan para pengungsi dan masyarakat disekitar Gang Lombok masih banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan, tetapi para orang tua murid telah menyadari pentingnya pendidikan, terlihat semakin banyak yang mendaftarkan anak-anaknya bersekolah.
Hingga tahun 1951 peserta kursus meningkat menjadi 170 murid, namun karena keterbatasan sarana dan prasarana terutama dana pendidikan ‘memaksa’ pengajar menolak peserta didik yang mendaftar. Biaya operasional semakin meningkat, tidak kurang Rp. 7.00,- perbulan.  Guru yang bersedia mengajar hanya tiga orang.

 

Pada saat kursus ini dimulai, Perkumpulan Khong Kauw Hwee masih dijabat oleh pengurus periode tahun 1947, untuk kemajuan pendidikan struktur organisasi dilengkapi bagian kerja khusus yaitu :

Bagian Pendidikan

Ketua : Be Sik Tjong.
Penulis : Tjoa Tjiauw Liem.
Bendahara : Lie Ing Liem.
Pembantu : Tan Sing Hwie, Theng See Tong, The Ping Swie, Kwee Ek Hoo, Hauw Biauw Sheng dan Tan Tjong Ien.

Bagian Pembatja’an

Pengurus : Tan Sing Hwie.
Pembantu : Tjiong Tjwan Hien dan Ong Yoe Lhien.

Bagian Penerbitan

Pengurus : Tjoa Tjiauw Liem.
Pembantu : Oei Sioe Hien dan Tan Kie Sian.

 

Tujuan berdirinya lembaga pendidikan Khong Kauw Hwee kembali ditegaskan oleh Bapak Tjoa Tjiauw Liem : “demikianlah oleh penggujuban kita telah memilih djalan untuk menulung terhadep anak-anak jang sama kapiran, supaja mereka sedikitnja dapat trima pendidikan, dengen pengharepan pada kelak kemudian, mereka dapet tuntut kehidupan pantes dan menjadi orang-orang jang baik perilakunja”.
Seiring dengan kemajuan pendidikan dan semakin meningkatnya jumlah pelajar hingga 230 murid, maka pada tahun 1952 kursus ditingkatkan statusnya menjadi “Taman   Pendidikan   Anak-anak   Khong   Kauw  Semarang”

Tahun 1953, jumlah pelajar kembali meningkat menjadi 300 murid, sehingga empat ruang kelas di gedung Kong Tik Soe tidak mampu menampung banyaknya pelajar tersebut, maka Bapak Ong Kiem Tjo sebagai Ketua Perkumpulan Tjie Lam Tjay memberikan ijin untuk memakai sebagian ruangan di Kelenteng Tay Kak Sie.
Kurikulum pendidikan disetarakan dengan Sekolah Rendah atau Sekolah Rakjat, tetapi karena terbatasnya dana pendidikan dan tenaga pengajar serta fasilitas ruang kelas, berakibat TPA Khong Kauw hanya mampu memberikan pendidikan selama enam tahun, terhitung mulai kelas anak-anak nol ketjil, nol besar dan setingkat Sekolah Rakjat hingga kelas empat, dengan demikian belum dapat meluluskan siswanya dan konsekuensinya belum mendapat ijin untuk menerbitkan ijasah; hal ini berlangsung hingga tahun ajar 1979/1980. Sedangkan surat tamat belajar 6 tahun dimaksudkan sebagai surat keterangan bahwa yang bersangkutan memang benar-benar pelajar TPA Khong Kauw yang telah menyelesaikan pendidikan hingga kelas 4, dan mungkin akan digunakan melanjutkan ke kelas 5 dan 6 di sekolah lain.

PENERBITAN  BUKU - BUKU

Diawal TPA Khong Kauw berdiri, biaya operasional pendidikan ditopang oleh 95 nama ‘penjokong bulanan’ dan 135 nama ‘penderma’. Seiring dengan perkembangan pendidikan dan meningkatnya jumlah pelajar maka meningkat pula biaya operasionalnya, karena itu Pengurus Khong Kauw Hwee menggalang dana melalui penerbitan buku-buku Kong Hu Cu. Setiap penerbitan buku disertai pemasangan iklan baik nama pribadi maupun perusahaan. Pemasang iklan tidak terbatas warga Semarang, tetapi banyak yang berasal dari luar kota Semarang.

Penerbitan buku-buku dikelola oleh Bagian Penerbitan, Bapak Tjoa Tjiauw Liem, Bapak Oei Sioe Hien dan Bapak Tan Kie Sian. Sedangkan naskah tulisan merupakan karya Bapak Lie Ping Lien. Bagian Penerbitan tanggal 01 Nopember 1950 mencetak Buku Sembahyang Tuhan Allah, tanggal 15 Pebruari 1951 mencetak Buku Riwajat Nabi Khong Tjoe dan pladjarannja, dan tanggal 01 Maret 1952 mencetak Kitab Tay Hak, selanjutnya tanggal 15 Nopember 1958 mencetak Buku Tai Tji Tjhuan, dicetak ulang pada tahun 1963, 1967, 1972 dan 1980.

PENDIDIKAN  BUDI  PEKERTI

Pilar pendidikan di TPA Khong Kauw adalah pendidikan budi pekerti. Sekalipun disampaikan dengan metode sederhana, namun faktanya pengajar mencatat banyak kesulitan untuk menanamkan pendidikan budi pekerti, sepeti diungkapkan oleh Bapak Tan Tiong Kwee, benarlah peribahasa yang mengatakan : Sepuluh Tahun Menanam Pohon, Seratus Tahun Mendidik Manusia, bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga miskin, kurang mendapat pendidikan dan bimbingan moral, karena orang tua mereka sejak pagi hingga malam harus bekerja mencari sesuap nasi demi mempertahankan kehidupan mereka. Sangat sukar untuk memberikan pendidikan moral, sedangkan mereka sendiri belum tentu terdidik baik atau dapat memberi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Maka tidaklah heran apabila ucapan dan perilaku anak-anak ini menjadi kurang sopan, hal ini masih sering terjadi ditahun 1950 – 1952,  tiap minggu satu dua kali terjadi pencurian, namun lambat laun berkat keteguhan hati dan kesabaran para pengajar, hingga menjelang tahun 1957 kejadian-kejadian yang memalukan ini berangsur-angsur hilang, terjadi tiga pencurian kecil yang tidak berarti, ditahun 1958 terjadi dua pencurian kecil yang dilakukan oleh anak berusia tujuh tahun. Demikianlah usaha para pengajar dalam pendidikan budi pekerti, sesungguhnya tidaklah ringan tanggung jawab moral bagi pendidikan akhlak para murid. Sekedar pakaian dan makanan untuk anak-anak orang tidak mampu masih dapat didjamin oleh orang-orang tua mereka, tetapi pengetahuan dan pendidikan moril, suatu kebutuhan utama bagi mereka dan pedoman penting untuk rakjat berguna bagi masjarakat dan negara.
Pendidikan budi pekerti diajarkan tidak terbatas dalam kelas tetapi diajarkan dalam bentuk kegiatan diluar kelas seperti menyelenggarakan gerak jalan ke kebun jeruk milik Bapak Louw Tjhiu Hwa di Panjangan. Kegiatan ini sekaligus untuk mengetahui kejujuran pelajar. Di kebun jeruk mereka menyaksikan pohon jeruk yang pendek, buahnya sudah matang dan berwarna kuning, namun tidak ada satupun pelajar berani mengambil buah jeruk tadi, sekalipun banyak yang terjatuh diatas tanah.
Disamping sebagai pendidikan moral, pendidikan budi pekerti juga mengajarkan tentang pendidikan kesehatan; lantaran pelajar berlatar belakang dari keluarga tidak mampu maka sering terjadi aspek kesehatan diabaikan. Kesehatan sangat erat dengan kebersihan karena itu para pelajar diajarkan aspek kebersihan diri sendiri maupun lingkungan agar bisa menyadari pentingnya kebersihan bagi kesehatan tubuh. Bagi pelajar yang sakit, TPA Khong Kauw selalu menyediakan obat-obatan.

PENDIDIKAN  KETERAMPILAN

Tanggal 30 Maret 1954, kursus pertukangan atau kursus kerajinan resmi dibuka, bagi murid laki-laki diajarkan keterampilan pertukangan, kerajinan rotan, membuat obat nyamuk, topeng, mainan anak-anak, membuat dan memperbaiki sepatu, sandal dan belajar memotong rambut, sedangkan bagi murid perempuan diajarkan keterampilan menyulam, menjahit, membuat dompet, membuat roti.

Pendidikan keterampilan dikelola oleh bagian keprigelan dan bertujuan agar setelah menyelesaikan pendidikan hingga kelas 4, pelajar bisa langsung bekerja. Kendala pada permulaan berdirinya pendidikan keterampilan antara lain karena bagian pertukangan belum memiliki pengalaman dan belum ada sekolah pertukangan yang dapat dijadikan bahan acuan, yang ada saat itu kerajinan tangan biasa atau Sekolah Pertukangan Tinggi dengan peralatan yang lengkap. Lambat laun semua kesulitan dapat diatasi berkat keteguhan hati dan ketekunan pengajaran keterampilan.

Hasil karya siswa dijual pada Toko TPA Khong Kauw, kios-kios pasar Jaik Johar dan dijual pada peringatan kedatangan Kong-Co Poo Sing Tay Tee dan kedatangan Kong-Co Sam Poo Tay Jin. Semua pendapatan dari hasil karya siswa dipergunakan untuk biaya operasional pendidikan.

Hasil karya siswa dijual pada Toko TPA Khong Kauw, kios-kios pasar Jaik Johar dan dijual pada peringatan kedatangan Kong-Co Poo Sing Tay Tee dan kedatangan Kong-Co Sam Poo Tay Jin. Semua pendapatan dari hasil karya siswa dipergunakan untuk biaya operasional pendidikan.
Pameran hasil karya siswa pertama kali diselenggarakan tanggal 02 – 03 Oktober 1954, kemudian berturut-turut, tanggal 19 – 20 Juni 1955, tanggal 16 – 17 Agustus 1955, tanggal 08 – 09 Juni 1956, tanggal 04 – 05 Agustus 1956, tanggal 28 – 29 Mei 1957, tanggal 25 – 28 Juli 1957,  tanggal 16 – 18 Juni 1958, tanggal 13 – 15 Agustus 1958. Barang-barang yang dipamerkan antara lain patung, topeng, mainan anak-anak, lampion, dan berbagai macam souvernir.
Hasil kerajinan siswa sampai menarik perhatian Mr. Alex Langhof dari Amerika Serikat, beliau mengunjungi Toko TPA Khong Kauw sekitar bulan Desember 1968. Kehadirannya diterima oleh Bapak Lie Ping Lien dan Bapak Lie Hoo Soen. Beliau mengagumi hasil karya siswa yang diproduksi dengan peralatan amat sederhana.

 

Selepas belajar di TPA Khong Kauw, setelah tiba dirumah masing-masing, beberapa pelajar membuka reparasi sepatu, sandal, menganyam rotan maupun menjadi tenaga pertukangan. Para pelajar mulai dapat hidup mandiri, hal ini sangat membantu dan meringankan beban hidup orang tua mereka.

PENDIDIKAN  KESENIAN

Tidak berhenti memberikan pendidikan formal  dan keterampilan, sekolah juga memberikan pendidikan kesenian, mulai dari menyanyi, memainkan alat musik tradisonal seperti Yang-Khiem, seruling, tonil, seni drama atau seni panggung, dan wayang Po The Hie. Pendidikan Kesenian diasuh oleh Bapak Kwee Ek Hoo, yang sangat piawai menggunakan alat  musik tradisonal.
Kemahiran pelajar TPA Khong Kauw memainkan alat musik sering ditampilkan dalam berbagai kunjungan persahabatan. Tanggal 24 Maret 1955, mengadakan kunjungan ke Panti Asuhan Anak-anak Perempuan Tanah Putih dan Rumah Piatu Anak-anak Lelaki, para pelajar menggelar pertunjukan musik Yang Khiem dan alat musik lainnya. Kunjungan yang kedua kalinya pada tanggal 17 Agustus 1956, selain menampilkan pertunjukan alat musik Yang-Khiem, menyanyi bersama juga menampilkan pertunjukan wayang Pho The Hie dan Wushu.

 

Begitu juga pada tanggal 25 – 26 Desember 1957, mengadakan darmawisata ke Rembang dan Juwana, dalam kunjungan persahabatan ini disambut dengan baik oleh pengurus Sam Kauw Hwee didua kota tersebut, dalam gedung Tiong Hoa Hwee Kwan Rembang telah dipadati oleh para hadirin hingga banyak yang terpaksa berdiri. Acara kunjungan ini berlangsung dengan meriah, para pelajar menampilkan pertunjukan musik Yang Khiem dan seruling disertai nyanyian. Bapak Lie Thiam Kong selaku sekretaris Sam Kauw Hwee Rembang dalam kata sambutannya mengatakan : “Bahwa kedatangan kanak-kanak Taman Pendidikan Kanak-kanak Khong Kauw dari Semarang, tidak merugikan satu senpun kasnya Sam Kauw Hwee Rembang. Kanak-kanak dan pengawalnya semuanya tidur diatas tikar dalam ruangan gedung Tiong Hoa Hwee Kwan lama, sampaipun bahan-bahan makanan membawa sendiri dari Semarang, tidak mau menyusahkan atau merepotkan kepada tuan rumah. Suatu kenyataan dan teladan baik sekali”.
Para pelajar juga mendapat latihan senam pernafasan Tai Chi Chuan yang terdiri dari 108 jurus, latihan ini untuk menjaga kesehatan tubuh dan sekaligus melatih kesabaran. Beladiri Wushu; dahulu disebut Kun-Thauw, diajarkan untuk melatih kekuatan tubuh. Pelajar yang mengikuti kedua cabang olah raga ini cukup banyak.


Pertunjukan toneel atau dinamakan Tjoe-Tee-Hie, adalah pengganti kata drama yang berasal dari bahasa Belanda. Toneel dimainkan oleh pelajar Khong Kauw pertama kalinya tanggal 08 Juli 1951 untuk memberikan ucapan terima kasih kepada para donator, simpatisan. Toneel kedua tanggal 12 – 13 Oktober 1951, toneel ketiga tanggal 02 Pebruari 1952, toneel keempat tanggal 22 Pebruari 1953 diselenggarakan bertepatan dengan pembukaan ruang kelas baru di Kelenteng Tay Kak Sie, toneel kelima tanggal 07 Pebruari 1954, toneel keenam tanggal 29 Januari 1955 dan toneel yang ketujuh tanggal 02 Juni 1957, dimainkan bertepatan dengan Perayaan Hari Kanak-Kanak. Acara ini dihadiri oleh Panti Asuhan Anak-anak Perempuan Tanah Putih, Rumah Piatu Anak-anak Lelaki dan para murid Hong Bun Hwee.

DARMAWISATA  TPA  KHONG  KAUW

Kesempatan untuk rekreasi, tamasya atau bepergian keluar kota merupakan sesuatu yang sangat jarang dilakukan oleh para pelajar, apalagi saat itu kendaraan bermotor jarang yang memiliki. Disamping tiap hari bersekolah, mereka harus membantu orang tua bekerja. Pengajar TPA Khong Kauw sangat menyadari hal itu, karenanya para pelajar diberikan kesempatan untuk bepergian keluar kota, menghilangkan kejenuhan belajar dan untuk memotivasi belajar mereka. Semua akomodasi selama kegiatan disediakan oleh Pengajar dan Pengurus Yayasan Khong Kauw Hwee.
Tanggal 06 September 1953, mengadakan darmawisata ke Candi Borobudur Magelang, untuk transportasi mendapat pinjaman dua mobil truk dari Bapak Oei Tjing Bing dan Bapak Tan Siang An.
Tanggal 24 April 1954, menyelenggarakan gerak jalan ke Kebun Binatang dan Balai Kambang di jalan Sriwijaya, untuk mengangkut konsumsi makanan mendapat pinjaman mobil truk dari Bapak Ong Kang Hwat.
Tanggal 24 Maret 1955, mengadakan kunjungan di Panti Asuhan Anak-anak Perempuan Tanah Putih dan Rumah Piatu Anak-anak Lelaki. Untuk transportasi mendapat pinjaman mobil truk dari Bapak Ong Kang Hwat. Kegiatan ini kembali dilaksanakan untuk kedua kalinya pada tanggal 17 Agustus 1956.
Tanggal 10 April 1955, mengadakan darmawisata ke Tawangmangu dengan mendapat pinjaman empat mobil truk dari Bapak Oei Tjing Bing, Bapak Ong Kang Hwat, Bapak Lie Ing Liem, Firma Khay Sing dan menyewa satu mobil truk dari P.T. Tjip Hwat.
Tanggal 12 Agustus 1956, menyelenggarakan darmawisata ke Kaliurang Yogjakarta, untuk transportasi mendapat pinjaman tiga mobil  truk dari Bapak Ong Tjing Bing, Bapak Wardiono dan Firma Andriesse.
Tanggal 25 – 26 Desember  1957, mengadakan darmawisata ke Rembang dan Juwana. Untuk trasportasi mendapat pinjaman mobil truk dari Bapak Lie Ing Liem dan mobil Volkswagen besar dari Bapak Kwee Ik Hoo.
28 – 29 Juni 1958, menyelengarakan darmawisata ke Bandungan Ambarawa, sebelumnya menginap semalam dikediaman Bapak Ong Kang Hwat. Untuk keperluan transportasi mendapat pinjaman dua mobil truk dari Bapak Ong Kang Hwat dan Bapak Ong Kiem Thay.

1960, HARI  ULANG  TAHUN  KE  X


Perayaan HUT ke X dirayakan sehubungan dengan kemajuan pendidikan, seperti diutarakan Bapak Tan Gwan Hien selaku Ketua TPA Khong Kauw : “berkat bantuan sungguh-sungguh dari badan-badan organisasi, perusahaan dan perseorangan, Taman Pendidikan Kanak-kanak kami menerima banjak bantuan dan sokongan hingga tak terasa sepuluh tahun telah dilewati dengan pesat, selamat dan subur. Taman pendidikan kanak-kanak telah dapat melakukan tugasnja dengan lantjar dan menghasilkan buah. Dalam sepuluh tahun ini Taman Pendidikan Kanak-kanak telah memberi hasil sangat memuaskan. Mereka jang telah lulus dari Taman Pendidikan Kanak-kanak dan tidak dapat meneruskan ke rumah sekolah lain, telah dapat bekerdja sendiri, membantu pekerdjaan orang tuanja atau mendapat pekerdjaan dalam kalangan dagang dan perusahaan pendjahitan (modiste). Tidak sedikit telah menikah dan menjadi ibu”.

Sampai tahun 1960, tidak kurang dari 1.000 peserta didik yang semuanya buta huruf, telah memperoleh kesempatan untuk belajar di TPA Khong Kauw. Masyarakat dihimbau berpartisipasi bagi pendidikan di TPA Khong : “bahwa rentjana kerdja kita dihari-hari depan membutuhkan tenaga dan pengorbanan lebih besar pula masjarakat baik dalam rupa materiel maupun moril, pendidik beserta pembantu-pembantunja kami menjerukan agar kita semua bekerdja lebih giat, bersemangat lebih menjala-njala dan lebih banjak berkorban. Karena apa jang kita semua telah kerdjakan telah ternjata tidak salah dan masjarakat masih sangat membutuhkan kita semua”. Perayaan HUT ke X dirayakan dengan pagelaran malam kesenian, menampilkan sandiwara kanak-kanak dan penerbitan buku peringatan.
Pada acara malam kesenian Kepala Guru Ibu The Kiok Nio menyampaikan sambutanya : “sepandjang sepuluh tahun ini kita telah menerima tidak kurang daripada seribu peladjar. Pada waktu mereka diterima dalam Taman Pendidikan Kanak-kanak kesemuanja 90 % buta huruf. Setelah meninggalkan Taman Pendidikan Kanak-kanak kita, sedikitnja mereka telah dapat membatja, menulis, menghitung. Walaupun pengetahuan mereka dapat hanja sekelumit tetapi tempo jang mereka gunakan tidak tersia-sia”.
Pemerintah kota Semarang pada saat itu, diwakili oleh Bapak R. Slamet Danudinoto selaku Kepala Inspeksi Pengadjaran Asing Daerah V, memberikan tanggapan tentang jalannya pendidikan di  TPA Khong Kauw : “ Dapatkah kita menggambarkan akan akibatnya bilamana anak-anak itu tidak mendapatkan didikan jang lajak dan asuhan jang baik, kekurangan-kekurangan dalam penjelenggaraan masih terdapat dan perlu mendapat bimbingan dari Pemerintah dalam batas-batas kemampuan dan kemungkinan antara lain ialah : pendidikan umum perlu ditinggikan sampai dasar Sekolah Rakjat VI biasa (baca : kelas 6) sehingga anak-anak, djika perlu dan mungkin dapat meneruskan kesekolah-sekolah landjutan jang ada. Demikian pula kesadaran nasional perlu lebih diperdalam, sehingga anak-anak itu lebih-lebih sadar lagi, bahwa mereka itu djuga putera-putera Indonesia jang ikut bertanggung djawab atas kesedjahteraan Negara dan bangsa Indonesia. Kebudajaan Leluhur dapat dipelihara seperlunja, akan tetapi kebudajaan Nasional jang merupakan dasar pendidikan bangsa Indonesia harus lebih-lebih lagi diperhatikan ”.

Sampai tahun 1960 lebih dari 40 pelajar yang dapat melanjutkan pendidikan di Sekolah Negeri dan Sekolah Swasta. Demikian pula tercatat 11 pelajar yang diterima di SMP dan seorang yang duduk dibangku SMA. Selain itu pelajar yang tidak melanjutkan sekolah mereka memilih untuk bekerja sebagai pramuniaga atau menggunakan pendidikan keterampilan untuk berwiraswasta.

1964, MASA  SURAM  TPA  KHONG  KAUW


Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, disaat mencapai banyak kemajuan dalam pendidikan, ternyata TPA Khong Kauw mulai memperlihatkan tanda-tanda kemunduran, masa suram mulai terjadi, diawali wafatnya beberapa pengurus maupun pengajar, Bapak Kwee Ek Hoo sebagai guru pendidikan kesenian wafat pada tahun 1964, dan Bapak Tjoa Tjiauw Liem wafat tahun 1966, kemudian Ketua Umum TPA Khong Kauw Bapak Tan Gwan Hien yang wafat tahun 1967.

TPA Khong Kauw kehilangan pengasuh, pendidik dan pengajar yang perannya sangat penting, peristiwa ini membuat beban semakin berat bagi Bapak Lie Ping Lien untuk terus melanjutkan kegiatan belajar mengajar. Berkembang rumor negatif yang sangat merugikan, baik nama pribadi Lie Ping Lien maupun nama TPA Khong Kauw, bahkan muncul istilah untuk Khong Kauw Hwee dengan istilah Ping Lien – Tjiauw Liem Hwee.  Seakan-akan Khong Kauw Hwee bukanlah Khong Kauw Hwee melainkan milik Perkumpulan Lie Ping Lien dan Tjoa Tjiauw Liem.
Kesulitan demi kesulitan semakin menumpuk, menipisnya kepercayaan masyarakat karena adanya romor negatif berakibat banyak donatur yang menghentikan donasinya. Kesulitan ini juga berdampak pada bagian pendidikan kesenian dan keterampilan, apalagi barang-barang impor yang murah harganya mulai membanjiri kota Semarang.
Mengatasi persoalan yang muncul berkenaan dengan kesulitan yang menimpa TPA Khong Kauw, Bapak Lie Ping Lien memutuskan untuk menjual semua benda-benda koleksi pribadi mulai peralatan musik, peralatan pertukangan, mesin-mesin, buku- buku sastra berbahasa mandarin bahkan buku-buku Kong Hu Cu. Beliau merelakan benda-benda ini dijual demi mempertahankan TPA Khong Kauw agar tetap bisa berdiri untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak yang tidak mampu.
Pada akhirnya puncak kesulitan benar-benar terjadi ditahun 1969, TPA Khong Kauw tidak mampu menerima murid baru bahkan saat itu muncul rencana menutup TPA Khong Kauw, nasib pelajar menjadi semakin tidak jelas dan terkatung-katung, bahkan inventarispun semakin berkurang.
Diambang keruntuhan, para ‘alumni’ segera bertindak setelah mengetahui kesulitan yang terjadi. Kemudian atas prakarsa Bapak Lie Ing Liem dibentuklah “Panitia Penyelamat TPA Khong Kauw” yang dipimpin oleh Bapak Lo Kiong Djien.

 

Lambat laun TPA Khong Kauw mampu menjalankan roda pendidikannya, para donator yang semula menghentikan donasinya kini mulai memberikan perhatian dan simpatinya kembali. Tetapi pada saat pendidikan mulai memperlihatkan kemajuannya, mendadak Bapak Lie Ping Lien menyampaikan pernyataan pengunduran dirinya karena usia lanjut dan kesehatan mata yang sering menggangu penglihatannya. Beliau memberikan nasihat dan wejangan hingga menimbulkan rasa haru yang sangat mendalam, tidak sedikit para pelajar yang meneteskan air matanya. Sebelum meninggalkan pintu TPA Khong Kauw yang sangat dicintainya, beliau berpesan : “teruskan sekolahan itu”. Namun sebelum Bapak Lie Ping Lien menyaksikan keberhasilan pendidikan TPA Khong Kauw, beliau meninggal dunia pada tanggal 14 Januari 1974.
Tangal 16 Agustus 1974 TPA Khong Kauw kembali mengadakan bazar dan pameran hasil karya siswa. Para pengunjung sangat menghargai usaha ini, hingga barang-barang yang dipamerkan terjual habis.
Pada tahun ini pula Bapak Kauw Ing Siok (Kusno) yang merupakan pengurus Yayasan meninggal dunia, tetapi sebelumnya beliau masih sempat mengunjungi bazar.

Bapak Soh Kiem Liang menghimbau masyarakat melalui harian Suara Merdeka dirubrik Surat-surat Pembaca pada tanggal 18 Juli 1974, melakukan upaya agar TPA Khong Kauw tetap mampu menjalankan pendidikan.

1975, HARI  ULANG  TAHUN  KE  XXV

 

Ketua TPA Khong Kauw Bapak Lo Kiong Djien menjelaskan tujuan penyelenggaraan acara HUT ke XXV adalah “bahwa dalam seperempat abad ini, sekalipun keadaan hidup segan mati tak mau Taman Pendidikan Anak-anak Khong Kauw Semarang telah memberi hasil yang memuaskan”.
Peringatan HUT ke XXV dirayakan secara sederhana dengan menyelenggarakan acara malam kesenian pelajar dimeriahkan dagelan, tari-tarian, dan kesenian Yang-Khiem. Serta mencetak kalender dan buku peringatan HUT ke XXV yang dijual untuk umum. Keuntungan mencetak buku dan kalender digunakan untuk biaya acara malam kesenian.

 

1977, MENGHIMPUN  DANA  PENDIDIKAN


Sekalipun perkembangan pendidikan TPA Khong Kauw semakin membaik tetapi persoalan paling penting yaitu persoalan dana pendidikan belum dapat teratasi. Agar tidak terulang kembali peristiwa dimasa lalu, Bapak Tan Gwat Tik selaku Pengurus Yayasan segera melakukan langkah untuk menghimpun dana pendidikan. Langkah penghimpunan dana membuahkan hasil yang menggembirakan, tidak sedikit masyarakat bersimpati kepada TPA Khong Kauw. Donasi dikelola dengan penuh tanggung jawab demi memajukan pendidikan. Dengan adanya dana pendidikan yang memadai, pendidikan di TPA Khong Kauw semakin maju dan berkembang. Bapak Tan Gwat Tik telah berhasil meletakan dasar yang kokoh guna menopang biaya operasional pendidikan di TPA Khong Kauw dimasa mendatang.

1979, STATUS  SEKOLAH  DITINGKATKAN

 

Bapak Go Boen Hok ( Ronny Gunadi ) sebagai Pengurus Yayasan berupaya untuk melengkapi sarana dan prasarana pendidikan agar status TPA Khong Kauw dapat ditingkatkan. Mengingat sejak tahun 1952 hingga 1979 pendidikan atau wajib belajar hanya diberikan selama 6 tahun, terhitung mulai kelas nol kecil, nol besar, sampai tingkat Sekolah Rakjat kelas 1, 2, 3, 4. Jadi pada hakekatnya pendidikan tidak utuh sampai kelas 6 tingkat Sekolah Dasar, sehingga status lembaga pendidikan Khong Kauw tidak bisa dinamakan Sekolah Dasar, karena itu hanya dinamakan Taman Pendidikan Anak-anak. Konsekuensinya para pelajar tidak terdaftar pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dengan demikian pelajar TPA Khong Kauw tidak memiliki Ijasah atau tanda tamat belajar.
Semakin berkembangnya mutu pendidikan karena dukungan dana pendidikan yang memadai dan disertai kompetensi guru untuk mengajar, maka mulai tahun ajar 1979/1980 status pendidikan di TPA Khong Kauw ditingkatkan dan kini mampu memfasilitasi pendidikan SD sampai kelas 6. Lebih lanjut dilakukan pemisahan lembaga pendidikan antara tingkat TK - SD, dan seterusnya status nama Taman Pendidikan Anak-anak Khong Kauw dirubah menjadi :

“ TK – SD TPA  Khong  Kauw Hwee “

Begitu pula terjadi serah terima pimpinan sekolah dan sekaligus perubahan nama jabatan, dari semula Kepala Guru Ibu The Kiok Nio kepada Ibu Tan Bwee Hwa sebagai Kepala SD. Dinamakan Kepala Guru karena memimpin TPA Khong Kauw dari kelas anak-anak nol kecil, nol besar sampai tingkat SD kelas 1, 2, 3, 4. Hal ini tentu berbeda dengan jabatan Kepala SD pada jaman sekarang, yang memimpin kelas 1 sampai kelas 6. Sedangkan Ibu The Kiok Nio tetap menjabat sebagai Kepala TK.
Pendidikan disesuaikan dengan kurikulum 1975 dan untuk yang pertama kalinya didaftarkan di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sekolah juga mulai memberikan nomor induk siswa.

 

1982, HARI  ULANG  TAHUN  KE  XXXII

 

Penulis Yayasan Khong Kauw Hwee, Bapak Drs. Rimba Djohar mengungkapkan bahwa : “tidak sedikit orang-orangtua murid yang telah memperjuangkan hidupnya, berhasil mengangkat putra-putrinya untuk melanjutkan sekolah yang lebih tinggi setelah lulus dari TPA.

Entah sekolah negeri atau sekolah swasta, ada diataranya malah sudah berstatus sarjana. Namun ada juga yang sudah bekerja di perusahaan atau menjadi wiraswasta. Satu hal yang patut dipuji adalah, ada sementara lulusan TPA yang mengabdikan dirinya sebagai Pengajar di Taman Pendidikan Anak-anak Khong Kauw Hwee hingga kini. Selama tiga puluh tahun lebih mengabdikan dirinya dalam pendidikan anak-anak keluarga tidak mampu dengan penuh semangat dan penuh pengorbanan”.

Mulai tahun ini pula Yayasan Pendidikan Sekolah Mataram memberikan bea siswa untuk  pelajar TPA Khong Kauw yang melanjutkan pendidikan di SMP Mataram, Jl. M.T Haryono No. 403 – 405 Semarang. Peringatan kali ini dirayakan secara sederhana dengan mengadakan acara perlombaan kreativitas siswa dan penerbitan buku peringatan serta malam kesenian pelajar yang diisi pementasan sandiwara dengan tema “watak sedjati”, naskah ditulis oleh Bapak Tee Lien Hwat dan Bapak Liem Sam Hik, dimainkan oleh pelajar TPA Khong Kauw. Tujuan peringatan ini untuk menggalang dana pendidikan.

PELAYANAN  KESEHATAN

 

Sinshe (tabib) Joe Tjoe Tjhing lahir di Pegandon Kendal pada tahun 1920, beliau membuka praktek pengobatan tradisionil di TPA Khong Kauw setiap hari Jumat. Pengobatan ini berlangsung dari tahun 1982 sampai 1983. Pasien yang berobat, membayar dengan sukarela dikotak dana yang disediakan. Semua hasil yang diperoleh dari pengobatan ini digunakan untuk biaya pendidikan.

Sebelum gedung sekolah dibangun, kegiatan belajar mengajar bertempat di gedung Kong Tik Soe mulai dari ruang tengah tepatnya di depan meja altar Sin Cie, sampai ruang sisi timur bagian depan dan belakang, kini ruang tersebut difungsikan untuk sekretariat Yayasan dan gudang. Dalam perkembangannya aula Tay Kak Sie juga difungsikan untuk ruang kelas. Sedangkan kegiatan olah raga, pramuka, upacara bendera dan bermain menggunakan lahan parkir.

1987,  PEMBANGUNAN  GEDUNG  SEKOLAH

Pada tanggal 03 Mei 1987, berlangsung rapat gabungan yang dipimpin oleh Ketua Yayasan Dana Kematian Tjie Lam Tjay, Bapak Ir. Samadio Setijo, dihadiri oleh perwakilan dari Yayasan Khong Kauw Hwee, Yayasan Kong Tik Soe, dan Yayasan Kelenteng Besar Gang Lombok Tay Kak Sie.

Ketua Rapat dalam sambutannya mengatakan : “ Yayasan Tjie Lam Tjay meminta kesediaan masing-masing Yayasan dalam komplex Gang Lombok untuk membantu, mengulurkan tangan dalam rangka membenahi lingkungan lokasi yang kita sama-sama tempati, khususnya ruang gedung Taman Pendidikan Anak-anak. Bilamana ruang gedung TPA dapat dipindahkan dan akhirnya dapat menempati gedung yang resmi dan permanen, akan menguntungkan masing-masing Yayasan. Peristiwa ini akan tercatat dalam sejarah, sedangkan tanah yang diperlukan untuk keperluan itu telah tersedia yaitu tanah dari Yayasan Kong Tik Soe. Biaya untuk membangun akan kita carikan bersama-sama dari para dermawan dimasyarakat  ”.

Setelah dengar pendapat, dibentuklah “Panitya Bersama Pembangunan Gedung Sekolah Taman Pendidikan Anak Khong Kauw Hwee”,  yang terdiri dari :

Penasehat Hukum : Wirjolukito, SH-CN.
Ketua : Ir. Samadio Setijo.
Wakil Ketua : Ronny Gunadi.
Sekretaris  I : Ir. Phan Woen Sioe.
Sekretaris  II : Oei Kwie Yoe.
Bendahara  I : Tan Gwat Tik.
Bendahara  II : Tan Peng Hwie.
Pengawas Pembangunan : Liem Soe Soen.
Tan Sing Loen.
The Kok Seng.
Pengawas Keuangan : Lie Eng Liem.
Liem Tjien Hoo.
Kie Ting Tjong.


Selanjutnya dalam Notulen Rapat Gabungan Empat Yayasan ditetapkan bahwa Sekolah TPA Khong Kauw Hwee diberikan hak pinjam-pakai selama 20 tahun, setelah berakhir mengajukan ijin kembali kepada Yayasan Kong Tik Soe.
Ditegaskan oleh Bapak Wirjolukito, SH-CN bahwa :  “hak pemilikan gedung dan tanah harus satu”.  Akhirnya rapat menetapkan tujuh kesepakatan sebagai berikut :

Lokasi untuk pembangunan gedung sekolah adalah sebagian tanah HGB 388, seluas ± 500 m², milik Yayasan Kong Tik Soe, dan telah diterbitkan IMB no. 642.2/57/1990. Saat itu lokasi pembangunan masih merupakan bangunan gudang. Sebelum peletakan batu pertama oleh Bapak Ir. Samadio Setijo dilaksanakan  tradisi “slametan” agar pembangunan  berjalan lancar.

 

Dasar-dasar pertimbangan Pembangunan Gedung Sekolah TPA yang baru :
1.    Sesuai dengan tujuan nasional seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi :  “Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa” maka sarana untuk pendidikan di T.P.A. perlu ditingkatkan sesuai dengan persyaratan-persyaratan dari Departeman pendidikan dan Kebudayaan.
2.    Ruang-ruang kelas sudah tidak sesuai dengan :
Ukuran standard kelas yang baik.
Kesehatan yang disebabkan oleh, sirkulasi udara yang jelek, serta penempatan Kamar Mandi dan W.C. yang tidak sesuai.
3.    Dalam rangka penertiban penggunaan gedung-gedung yang berada dalam kompleks Klenteng Besar Gang Lombok.

1992, PERESMIAN  GEDUNG  SEKOLAH


Tanggal 28 Juni 1992, Panitya Bersama Pembangunan Gedung Sekolah Taman Pendidikan Anak-anak Khong Kauw Hwee, berhasil menyelesaikan pembangunan gedung sekolah berlantai tiga, terdiri dari 7 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah dan guru, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 ruang pendidikan budi pekerti.
Pada hari Jumat Legi, 09 Oktober 1992, gedung sekolah diresmikan oleh Walikotamadya Daerah Tingkat II Semarang Bapak H. Soetrisno Suharto, sekaligus beliau memberikan nama baru menggantikan nama TPA Khong Kauw yaitu :
TK – SD TPA Kuncup Melati

Gedung sekolah berdiri berkat ketulusan hati para darmawan yang memberikan sumbangan dana pembangunan bagi kemajuan pendidikan di TK – SD Kuncup Melati.

Nama-nama donator tertera pada prasasti di ruang guru.

 

 

 


Copyright @ 2010 KhongKauwHwee. Allright Reserved. WebMaster