SEKOLAH GRATISTK - SD - SMP KUNCUP MELATIMENJEMBATANI KESENJANGAN SOSIAL BUDAYA DEMI TERWUJUDNYA PUTRA - PUTRI BANGSA YANG CERDAS, BERBUDI PEKERTI LUHUR DAN MEMILIKI WAWASAN KEBANGSAAN INDONESIA.
|
Sejarah |
Gedung Kong Tik Soe merupakan rumah ibadat untuk memberikan penghormatan kepada para leluhur, berdiri pada penghujung tahun 1845, diprakarsai oleh Luitenant Khouw Giok Soen, Luitenant Tan Hong Yan dan Majoor Be Ing Tjioe.
Sejak 1935, di gedung Kong Tik Soe inilah Paguyuban Khong Kauw Hwee memulai kegiatannya, kemudian tanggal 01 Januari 1950 digunakan untuk Koersoes Pemberantasan Boeta Hoeroef yang merupakan cikal bakal TK - SD Kuncup Melati . catatan dari sudut meja tua . . .1935, PAGUYUBANKhong Kauw Hwee Semarang berdiri pada hari Selasa Legi, 24 September 1935 atau Pee Gwee, 27 – 2486, jam 09.00 bertempat di gedung Tiong Hoa Hwee Kwan jalan Plampitan No. 35 Semarang. Diprakarsai oleh Bapak Liem Khiem Siang dan Bapak Souw Tiang Ing. “Kedoea toean ini, karena melihat orang poenja Too-Tik (priboedi kebedjikan, moraliteit) mingkin lama mingkin merosot, laloe berpendapat bahwa boeat toeloeng ini keadaan jang menjedihken, melainkan terboeka satoe djalan sadja, jaitoe siarken pladjaran jang baik”. Untuk pertama kalinya diangkat sebagai Ketua Paguyuban Khong Kauw Hwee adalah Bapak Liem Mo Lien dan sebagai wakil ketua adalah Bapak Ong Kiem Tjo. Kegiatan yang diadakan adalah lezing (ceramah) ajaran Guru Besar Kong Hu Cu, dipimpin oleh Bapak Liem Khiem Siang, setiap ce-it dan cap-go di gedung Kong Tik Soe.
Kemudian sebagai realisasi atas kegiatan ini dibentuklah Kung Chiao Yen Chiu Hui (Khong Kauw Gian Kioe Hwee). Untuk selanjutnya ceramah Kong Hu Cu berlangsung di gedung Ta Chung Sze dan diadakan rutin setiap minggu pertama dan ketiga. Semakin banyak peminat yang mengikuti ceramah ini, hingga minggu kedua dan keempat juga digunakan untuk pendalaman inti sari ajaran Kong Hu Cu.
1947, PERKUMPULANTanggal 09 Nopember 1947, untuk mendirikan kembali Khong Kauw Hwee dibentuklah Komite Persiapan dan menetapkan susunan pengurus :
1949, SAPU BERSIH BUTA HURUFSekalipun Indonesia telah merdeka tetapi situasi dan kondisi negara belum kondusif akibat dari peperangan yang masih sering terjadi, banyak pengungsi berdatangan di kota Semarang. Perekonomian sangat terpuruk, lembaga pendidikan langka dan sangat mahal. Maka tidaklah mengherankan jika sering dijumpai anak-anak yang tidak bersekolah, hanya bermain sepanjang hari, selalu berkeliaran dan tentunya buta huruf. Semua kejadian itu tidak terlepas dari pengamatan Bapak Lie Ping Lien. Memahami latar belakang anak-anak tersebut tercetuslah ide sederhana untuk sekedar memberikan pendidikan membaca, menulis dan berhitung. Gagasan itu mendapat dukungan Bapak Ong Yong Wie, Bapak Tan Ngo Siang dan Bapak Be Sik Tjong, selanjutnya dimulailah rencana mendirikan lembaga pendidikan. Bertepatan dengan peringatan Tjising Khong Tjoe ke 2500 yang dirayakan di gedung Kong Tik Soe pada hari Sabtu, 27 Agustus 1949 atau Imlek Lun Jit Gwee, 4 - 2500, Perkumpulan Khong Kauw Hwee Semarang mulai berupaya menggalang dana bagi pembentukan kursus pemberantasan buta huruf, dengan menerbitkan buku “Peringetan Tjising Khong Tjoe 2500” sebanyak 3000 buku. Keuntungan dari pemasangan iklan sebesar Rp. 800,- dan ditambah sumbangan uang tunai dari Bapak Be Sik Tjong sebesar Rp. 1.000,- digunakan untuk pembuatan meja dan kursi dari kayu suren yang murah harganya. Materi pelajaran adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Mandarin, berhitung dan terutama pendidikan budi pekerti sebagai pilar pendidikan kursus. Pada waktu itu pelajaran yang diberikan ‘asalkan’ bisa membaca, menulis dan berhitung. Pendidikan hanya diberikan selama setahun, setelah itu diganti peserta baru Pendidikan diselengarakan tanpa memungut biaya apapun dari orang tua murid dan dikhususkan untuk pelajar dari keluarga tidak mampu secara materi. Saat itu, sekalipun kehidupan para pengungsi dan masyarakat disekitar Gang Lombok masih banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan, tetapi para orang tua murid telah menyadari pentingnya pendidikan, terlihat semakin banyak yang mendaftarkan anak-anaknya bersekolah.
Pada saat kursus ini dimulai, Perkumpulan Khong Kauw Hwee masih dijabat oleh pengurus periode tahun 1947, untuk kemajuan pendidikan struktur organisasi dilengkapi bagian kerja khusus yaitu :
Tujuan berdirinya lembaga pendidikan Khong Kauw Hwee kembali ditegaskan oleh Bapak Tjoa Tjiauw Liem : “demikianlah oleh penggujuban kita telah memilih djalan untuk menulung terhadep anak-anak jang sama kapiran, supaja mereka sedikitnja dapat trima pendidikan, dengen pengharepan pada kelak kemudian, mereka dapet tuntut kehidupan pantes dan menjadi orang-orang jang baik perilakunja”. Tahun 1953, jumlah pelajar kembali meningkat menjadi 300 murid, sehingga empat ruang kelas di gedung Kong Tik Soe tidak mampu menampung banyaknya pelajar tersebut, maka Bapak Ong Kiem Tjo sebagai Ketua Perkumpulan Tjie Lam Tjay memberikan ijin untuk memakai sebagian ruangan di Kelenteng Tay Kak Sie. PENERBITAN BUKU - BUKUDiawal TPA Khong Kauw berdiri, biaya operasional pendidikan ditopang oleh 95 nama ‘penjokong bulanan’ dan 135 nama ‘penderma’. Seiring dengan perkembangan pendidikan dan meningkatnya jumlah pelajar maka meningkat pula biaya operasionalnya, karena itu Pengurus Khong Kauw Hwee menggalang dana melalui penerbitan buku-buku Kong Hu Cu. Setiap penerbitan buku disertai pemasangan iklan baik nama pribadi maupun perusahaan. Pemasang iklan tidak terbatas warga Semarang, tetapi banyak yang berasal dari luar kota Semarang. Penerbitan buku-buku dikelola oleh Bagian Penerbitan, Bapak Tjoa Tjiauw Liem, Bapak Oei Sioe Hien dan Bapak Tan Kie Sian. Sedangkan naskah tulisan merupakan karya Bapak Lie Ping Lien. Bagian Penerbitan tanggal 01 Nopember 1950 mencetak Buku Sembahyang Tuhan Allah, tanggal 15 Pebruari 1951 mencetak Buku Riwajat Nabi Khong Tjoe dan pladjarannja, dan tanggal 01 Maret 1952 mencetak Kitab Tay Hak, selanjutnya tanggal 15 Nopember 1958 mencetak Buku Tai Tji Tjhuan, dicetak ulang pada tahun 1963, 1967, 1972 dan 1980. PENDIDIKAN BUDI PEKERTIPilar pendidikan di TPA Khong Kauw adalah pendidikan budi pekerti. Sekalipun disampaikan dengan metode sederhana, namun faktanya pengajar mencatat banyak kesulitan untuk menanamkan pendidikan budi pekerti, sepeti diungkapkan oleh Bapak Tan Tiong Kwee, benarlah peribahasa yang mengatakan : Sepuluh Tahun Menanam Pohon, Seratus Tahun Mendidik Manusia, bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga miskin, kurang mendapat pendidikan dan bimbingan moral, karena orang tua mereka sejak pagi hingga malam harus bekerja mencari sesuap nasi demi mempertahankan kehidupan mereka. Sangat sukar untuk memberikan pendidikan moral, sedangkan mereka sendiri belum tentu terdidik baik atau dapat memberi teladan yang baik bagi anak-anaknya. Maka tidaklah heran apabila ucapan dan perilaku anak-anak ini menjadi kurang sopan, hal ini masih sering terjadi ditahun 1950 – 1952, tiap minggu satu dua kali terjadi pencurian, namun lambat laun berkat keteguhan hati dan kesabaran para pengajar, hingga menjelang tahun 1957 kejadian-kejadian yang memalukan ini berangsur-angsur hilang, terjadi tiga pencurian kecil yang tidak berarti, ditahun 1958 terjadi dua pencurian kecil yang dilakukan oleh anak berusia tujuh tahun. Demikianlah usaha para pengajar dalam pendidikan budi pekerti, sesungguhnya tidaklah ringan tanggung jawab moral bagi pendidikan akhlak para murid. Sekedar pakaian dan makanan untuk anak-anak orang tidak mampu masih dapat didjamin oleh orang-orang tua mereka, tetapi pengetahuan dan pendidikan moril, suatu kebutuhan utama bagi mereka dan pedoman penting untuk rakjat berguna bagi masjarakat dan negara. PENDIDIKAN KETERAMPILANTanggal 30 Maret 1954, kursus pertukangan atau kursus kerajinan resmi dibuka, bagi murid laki-laki diajarkan keterampilan pertukangan, kerajinan rotan, membuat obat nyamuk, topeng, mainan anak-anak, membuat dan memperbaiki sepatu, sandal dan belajar memotong rambut, sedangkan bagi murid perempuan diajarkan keterampilan menyulam, menjahit, membuat dompet, membuat roti. Pendidikan keterampilan dikelola oleh bagian keprigelan dan bertujuan agar setelah menyelesaikan pendidikan hingga kelas 4, pelajar bisa langsung bekerja. Kendala pada permulaan berdirinya pendidikan keterampilan antara lain karena bagian pertukangan belum memiliki pengalaman dan belum ada sekolah pertukangan yang dapat dijadikan bahan acuan, yang ada saat itu kerajinan tangan biasa atau Sekolah Pertukangan Tinggi dengan peralatan yang lengkap. Lambat laun semua kesulitan dapat diatasi berkat keteguhan hati dan ketekunan pengajaran keterampilan. Hasil karya siswa dijual pada Toko TPA Khong Kauw, kios-kios pasar Jaik Johar dan dijual pada peringatan kedatangan Kong-Co Poo Sing Tay Tee dan kedatangan Kong-Co Sam Poo Tay Jin. Semua pendapatan dari hasil karya siswa dipergunakan untuk biaya operasional pendidikan. Hasil karya siswa dijual pada Toko TPA Khong Kauw, kios-kios pasar Jaik Johar dan dijual pada peringatan kedatangan Kong-Co Poo Sing Tay Tee dan kedatangan Kong-Co Sam Poo Tay Jin. Semua pendapatan dari hasil karya siswa dipergunakan untuk biaya operasional pendidikan.
Selepas belajar di TPA Khong Kauw, setelah tiba dirumah masing-masing, beberapa pelajar membuka reparasi sepatu, sandal, menganyam rotan maupun menjadi tenaga pertukangan. Para pelajar mulai dapat hidup mandiri, hal ini sangat membantu dan meringankan beban hidup orang tua mereka. PENDIDIKAN KESENIANTidak berhenti memberikan pendidikan formal dan keterampilan, sekolah juga memberikan pendidikan kesenian, mulai dari menyanyi, memainkan alat musik tradisonal seperti Yang-Khiem, seruling, tonil, seni drama atau seni panggung, dan wayang Po The Hie. Pendidikan Kesenian diasuh oleh Bapak Kwee Ek Hoo, yang sangat piawai menggunakan alat musik tradisonal.
Begitu juga pada tanggal 25 – 26 Desember 1957, mengadakan darmawisata ke Rembang dan Juwana, dalam kunjungan persahabatan ini disambut dengan baik oleh pengurus Sam Kauw Hwee didua kota tersebut, dalam gedung Tiong Hoa Hwee Kwan Rembang telah dipadati oleh para hadirin hingga banyak yang terpaksa berdiri. Acara kunjungan ini berlangsung dengan meriah, para pelajar menampilkan pertunjukan musik Yang Khiem dan seruling disertai nyanyian. Bapak Lie Thiam Kong selaku sekretaris Sam Kauw Hwee Rembang dalam kata sambutannya mengatakan : “Bahwa kedatangan kanak-kanak Taman Pendidikan Kanak-kanak Khong Kauw dari Semarang, tidak merugikan satu senpun kasnya Sam Kauw Hwee Rembang. Kanak-kanak dan pengawalnya semuanya tidur diatas tikar dalam ruangan gedung Tiong Hoa Hwee Kwan lama, sampaipun bahan-bahan makanan membawa sendiri dari Semarang, tidak mau menyusahkan atau merepotkan kepada tuan rumah. Suatu kenyataan dan teladan baik sekali”.
DARMAWISATA TPA KHONG KAUWKesempatan untuk rekreasi, tamasya atau bepergian keluar kota merupakan sesuatu yang sangat jarang dilakukan oleh para pelajar, apalagi saat itu kendaraan bermotor jarang yang memiliki. Disamping tiap hari bersekolah, mereka harus membantu orang tua bekerja. Pengajar TPA Khong Kauw sangat menyadari hal itu, karenanya para pelajar diberikan kesempatan untuk bepergian keluar kota, menghilangkan kejenuhan belajar dan untuk memotivasi belajar mereka. Semua akomodasi selama kegiatan disediakan oleh Pengajar dan Pengurus Yayasan Khong Kauw Hwee. 1960, HARI ULANG TAHUN KE X
Sampai tahun 1960, tidak kurang dari 1.000 peserta didik yang semuanya buta huruf, telah memperoleh kesempatan untuk belajar di TPA Khong Kauw. Masyarakat dihimbau berpartisipasi bagi pendidikan di TPA Khong : “bahwa rentjana kerdja kita dihari-hari depan membutuhkan tenaga dan pengorbanan lebih besar pula masjarakat baik dalam rupa materiel maupun moril, pendidik beserta pembantu-pembantunja kami menjerukan agar kita semua bekerdja lebih giat, bersemangat lebih menjala-njala dan lebih banjak berkorban. Karena apa jang kita semua telah kerdjakan telah ternjata tidak salah dan masjarakat masih sangat membutuhkan kita semua”. Perayaan HUT ke X dirayakan dengan pagelaran malam kesenian, menampilkan sandiwara kanak-kanak dan penerbitan buku peringatan. Sampai tahun 1960 lebih dari 40 pelajar yang dapat melanjutkan pendidikan di Sekolah Negeri dan Sekolah Swasta. Demikian pula tercatat 11 pelajar yang diterima di SMP dan seorang yang duduk dibangku SMA. Selain itu pelajar yang tidak melanjutkan sekolah mereka memilih untuk bekerja sebagai pramuniaga atau menggunakan pendidikan keterampilan untuk berwiraswasta. 1964, MASA SURAM TPA KHONG KAUW
TPA Khong Kauw kehilangan pengasuh, pendidik dan pengajar yang perannya sangat penting, peristiwa ini membuat beban semakin berat bagi Bapak Lie Ping Lien untuk terus melanjutkan kegiatan belajar mengajar. Berkembang rumor negatif yang sangat merugikan, baik nama pribadi Lie Ping Lien maupun nama TPA Khong Kauw, bahkan muncul istilah untuk Khong Kauw Hwee dengan istilah Ping Lien – Tjiauw Liem Hwee. Seakan-akan Khong Kauw Hwee bukanlah Khong Kauw Hwee melainkan milik Perkumpulan Lie Ping Lien dan Tjoa Tjiauw Liem.
Lambat laun TPA Khong Kauw mampu menjalankan roda pendidikannya, para donator yang semula menghentikan donasinya kini mulai memberikan perhatian dan simpatinya kembali. Tetapi pada saat pendidikan mulai memperlihatkan kemajuannya, mendadak Bapak Lie Ping Lien menyampaikan pernyataan pengunduran dirinya karena usia lanjut dan kesehatan mata yang sering menggangu penglihatannya. Beliau memberikan nasihat dan wejangan hingga menimbulkan rasa haru yang sangat mendalam, tidak sedikit para pelajar yang meneteskan air matanya. Sebelum meninggalkan pintu TPA Khong Kauw yang sangat dicintainya, beliau berpesan : “teruskan sekolahan itu”. Namun sebelum Bapak Lie Ping Lien menyaksikan keberhasilan pendidikan TPA Khong Kauw, beliau meninggal dunia pada tanggal 14 Januari 1974. Bapak Soh Kiem Liang menghimbau masyarakat melalui harian Suara Merdeka dirubrik Surat-surat Pembaca pada tanggal 18 Juli 1974, melakukan upaya agar TPA Khong Kauw tetap mampu menjalankan pendidikan. 1975, HARI ULANG TAHUN KE XXV
Ketua TPA Khong Kauw Bapak Lo Kiong Djien menjelaskan tujuan penyelenggaraan acara HUT ke XXV adalah “bahwa dalam seperempat abad ini, sekalipun keadaan hidup segan mati tak mau Taman Pendidikan Anak-anak Khong Kauw Semarang telah memberi hasil yang memuaskan”.
1977, MENGHIMPUN DANA PENDIDIKAN
1979, STATUS SEKOLAH DITINGKATKAN
Bapak Go Boen Hok ( Ronny Gunadi ) sebagai Pengurus Yayasan berupaya untuk melengkapi sarana dan prasarana pendidikan agar status TPA Khong Kauw dapat ditingkatkan. Mengingat sejak tahun 1952 hingga 1979 pendidikan atau wajib belajar hanya diberikan selama 6 tahun, terhitung mulai kelas nol kecil, nol besar, sampai tingkat Sekolah Rakjat kelas 1, 2, 3, 4. Jadi pada hakekatnya pendidikan tidak utuh sampai kelas 6 tingkat Sekolah Dasar, sehingga status lembaga pendidikan Khong Kauw tidak bisa dinamakan Sekolah Dasar, karena itu hanya dinamakan Taman Pendidikan Anak-anak. Konsekuensinya para pelajar tidak terdaftar pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dengan demikian pelajar TPA Khong Kauw tidak memiliki Ijasah atau tanda tamat belajar. “ TK – SD TPA Khong Kauw Hwee “Begitu pula terjadi serah terima pimpinan sekolah dan sekaligus perubahan nama jabatan, dari semula Kepala Guru Ibu The Kiok Nio kepada Ibu Tan Bwee Hwa sebagai Kepala SD. Dinamakan Kepala Guru karena memimpin TPA Khong Kauw dari kelas anak-anak nol kecil, nol besar sampai tingkat SD kelas 1, 2, 3, 4. Hal ini tentu berbeda dengan jabatan Kepala SD pada jaman sekarang, yang memimpin kelas 1 sampai kelas 6. Sedangkan Ibu The Kiok Nio tetap menjabat sebagai Kepala TK.
1982, HARI ULANG TAHUN KE XXXII
Penulis Yayasan Khong Kauw Hwee, Bapak Drs. Rimba Djohar mengungkapkan bahwa : “tidak sedikit orang-orangtua murid yang telah memperjuangkan hidupnya, berhasil mengangkat putra-putrinya untuk melanjutkan sekolah yang lebih tinggi setelah lulus dari TPA. Entah sekolah negeri atau sekolah swasta, ada diataranya malah sudah berstatus sarjana. Namun ada juga yang sudah bekerja di perusahaan atau menjadi wiraswasta. Satu hal yang patut dipuji adalah, ada sementara lulusan TPA yang mengabdikan dirinya sebagai Pengajar di Taman Pendidikan Anak-anak Khong Kauw Hwee hingga kini. Selama tiga puluh tahun lebih mengabdikan dirinya dalam pendidikan anak-anak keluarga tidak mampu dengan penuh semangat dan penuh pengorbanan”. Mulai tahun ini pula Yayasan Pendidikan Sekolah Mataram memberikan bea siswa untuk pelajar TPA Khong Kauw yang melanjutkan pendidikan di SMP Mataram, Jl. M.T Haryono No. 403 – 405 Semarang. Peringatan kali ini dirayakan secara sederhana dengan mengadakan acara perlombaan kreativitas siswa dan penerbitan buku peringatan serta malam kesenian pelajar yang diisi pementasan sandiwara dengan tema “watak sedjati”, naskah ditulis oleh Bapak Tee Lien Hwat dan Bapak Liem Sam Hik, dimainkan oleh pelajar TPA Khong Kauw. Tujuan peringatan ini untuk menggalang dana pendidikan. PELAYANAN KESEHATAN
Sinshe (tabib) Joe Tjoe Tjhing lahir di Pegandon Kendal pada tahun 1920, beliau membuka praktek pengobatan tradisionil di TPA Khong Kauw setiap hari Jumat. Pengobatan ini berlangsung dari tahun 1982 sampai 1983. Pasien yang berobat, membayar dengan sukarela dikotak dana yang disediakan. Semua hasil yang diperoleh dari pengobatan ini digunakan untuk biaya pendidikan. 1987, PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAHPada tanggal 03 Mei 1987, berlangsung rapat gabungan yang dipimpin oleh Ketua Yayasan Dana Kematian Tjie Lam Tjay, Bapak Ir. Samadio Setijo, dihadiri oleh perwakilan dari Yayasan Khong Kauw Hwee, Yayasan Kong Tik Soe, dan Yayasan Kelenteng Besar Gang Lombok Tay Kak Sie. Ketua Rapat dalam sambutannya mengatakan : “ Yayasan Tjie Lam Tjay meminta kesediaan masing-masing Yayasan dalam komplex Gang Lombok untuk membantu, mengulurkan tangan dalam rangka membenahi lingkungan lokasi yang kita sama-sama tempati, khususnya ruang gedung Taman Pendidikan Anak-anak. Bilamana ruang gedung TPA dapat dipindahkan dan akhirnya dapat menempati gedung yang resmi dan permanen, akan menguntungkan masing-masing Yayasan. Peristiwa ini akan tercatat dalam sejarah, sedangkan tanah yang diperlukan untuk keperluan itu telah tersedia yaitu tanah dari Yayasan Kong Tik Soe. Biaya untuk membangun akan kita carikan bersama-sama dari para dermawan dimasyarakat ”. Setelah dengar pendapat, dibentuklah “Panitya Bersama Pembangunan Gedung Sekolah Taman Pendidikan Anak Khong Kauw Hwee”, yang terdiri dari :
Lokasi untuk pembangunan gedung sekolah adalah sebagian tanah HGB 388, seluas ± 500 m², milik Yayasan Kong Tik Soe, dan telah diterbitkan IMB no. 642.2/57/1990. Saat itu lokasi pembangunan masih merupakan bangunan gudang. Sebelum peletakan batu pertama oleh Bapak Ir. Samadio Setijo dilaksanakan tradisi “slametan” agar pembangunan berjalan lancar.
Dasar-dasar pertimbangan Pembangunan Gedung Sekolah TPA yang baru : 1992, PERESMIAN GEDUNG SEKOLAH
Gedung sekolah berdiri berkat ketulusan hati para darmawan yang memberikan sumbangan dana pembangunan bagi kemajuan pendidikan di TK – SD Kuncup Melati. Nama-nama donator tertera pada prasasti di ruang guru.
|